Wednesday, April 18, 2007

Upacara Minum Teh ala Jepang


Bertempat di kediaman Angela, salah seorang anggota APWGR asal Philipine, Cerimònia tè Giapponese ( Japanese Tea Ceremony) berlangsung dengan khidmat, dimana tidak ada dering HP dan semua anggota menyaksikan dengan serius langkah demi langkah upacara ini. Sebagai pengajar adalah Mrs. Rey Shimura (kimono putih) di bantu oleh Junko Yamazaki (kimono merah) yang juga anggota APWGR. Ada 3 orang model, termasuk saya, yang berkesempatan memeragakan diri menjadi tamu dari nyonya rumah. Setelah duduk berhadapan, saling menghormat dengan cara membungkukkan badan, kemudian tamu di tawarkan gula kecil seukuran kacang yang dicetak dgn macam2 bentuk dan warna, menurut amatan saya bentuknya malah lebih menyerupai kue satu atau sagon mini berwarna ketimbang gula. Tidak seperti mengkonsumsi gula pada saat minum teh dimana gula diaduk bersama air teh, gula ini dihisap seperti layaknya permen, tujuannya untuk mengurangi rasa pahit dari teh. Selanjutnya Mrs Shimura menuang teh ke mangkuk. Terlihat sekali aturan atau tahap2 pengerjaan dikerjakan dengan cara2 yang rapi dan terampil, sejak mulai mengambil centong kecil, menciduk air, meletakkan kembali centong di atas bibir guci tanah liat yang dipanaskan diatas tungku kecil, sampai pada mengaduk larutan bubuk teh hijau dengan kuas yang berbentuk seperti sapu lidi mini. Kemudian teh di berikan ke Junko yang kemudian dari Junko di serahkan ke saya sebagai tamu. Setelah melihat contoh yg sebelumnya diperlihatkan, sayapun meletakkan cangkir di telapak tangan kiri, kemudian dengan tangan kanan saya memutar mangkuk 2 kali searah jarum jam sehingga mangkuk bergeser ke posisi 180 derajat. Masih dengan posisi tangan sama, saya mendekatkan mangkuk ke bibir saya dan mulai minum. Cara meneguk teh saya seperti biasa, tapi kemudian diberitahu bahwa pada saat upacara minum teh, cara minum seperti ini kurang tepat, yang benar adalah dengan menyeruput atau sampai bersuara. Ternyata, sama seperti table manners dari berbagai bangsa di dunia, ada beberapa aturan yang menurut kita tidak pantas tapi pantas untuk yang lain, dan demikian pula sebaliknya. Setelah mengobrol sebentar dan menghabiskan air teh dari mangkuk, tamu pamit pulang dan mengucapkan terimakasih sambil membungkukkan badan seperti posisi setengah sujud dengan 2 telapak tangan menempel di lantai. Melakukannya 2 kali, yaitu sekali memiringkan posisi badan ke kanan dan sekali lagi ke kiri, kira2 arah jarum jam 1 dan 11 lah. Kira2 15 menit acara ini berlangsung. Menarik sekali bisa mengetahui dan mempelajari budaya asing langsung dari sumber maupun ahlinya. Setelah penyerahan kenang2an dari APWGR yang di wakilkan oleh salah satu anggota asal Philipine, Zeni, kepada Mrs. Rey Shimura, kamipun mencicipi berbagai makanan dari berbagai negara yang di bawa masing2 anggota (potluck), termasuk saya sendiri. Krn bosan dengan lumpia, bakwan, dan sejenisnya yang mereka pasti sudah pernah tahu dan suka, kali ini saya coba dengan kue putu ayu. Ternyata peminatnya tdk sedikit, malah ada beberapa teman asing yang minta resep kue ini. Pulang ke rumah dengan membawa PR di kepala, kira2 upacara atau sesuatu hal yang berhubungan dengan adat istiadat Budaya Indonesia apa ya... yang layak di perkenalkan ke teman2 asing. Yang pasti seperti halnya upacara minum teh ini ; waktu singkat, sedikit instruktur, melibatkan penonton, membutuhkan dana yang tidak besar, tetapi maksud dan tujuan promosi bisa tercapai. Hmm.....tarian poco-poco..? membatik..? peragaan busana yg diperagakan oleh orang asing..? atau ada ide2 lain... ??? *sittenk*

1 comment:

Anonymous said...

Selamat siang!!! Saya Anna mahasiswa sastra jepang USU tingkat akhir yang sedang mengerjakan tugas akhir. Judul saya tentang upacara minum teh. Yang ingin saya tanyakan, apa tujuan dari upacara ini? Apakah terdapat perubahan dari tujuan awal(pada zaman dahulu) dengan tujuan pada masa sekarang? Apa makna yang terdapat dari setiap gerakan dan dari setiap peralatan yang digunakan dalam upacara ini? Terima kasih... ^^V